Askeb Ca Ovarium

IKLAN1
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “ U “ DENGAN POST DEBULKING ATAS INDIKASI Ca OVARIUM STADIUM IIIb DISERTAI ANEMIS SEDANG PRO KEMOTERAPI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny “ U “ Dengan Post Operasi Atas Indikasi Ca Ovarium Stadium IIIb Disertai Anemis Sedang Pro Kemoterapi Di Ruang Onkologi Irna A Kebidanan RSUP Dr.M. Djamil Padang Tanggal 15-16 Oktober 2008.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan kendala dan hambatan baik dalam memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu , penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa mendatang.
Penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.





Padang, Februari 2009



Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kanker ovarium merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi sebagian besar datang sudah dalam stadium lanjut atau ditemukan saat operasi . kanker ovarium sering dinamakan pembunuh dingin atau silent killer karena perjalanan penyakitnya lambat tetapi mematikan
Kanker ovaorium merupakan keganasan ginekologi yang terbanyak setelah kanker leher rahim dan hamper separuh dari kematian wanita di Indonesia karena keganasan ginekologi disebabkan oleh kanker ovarium.
Angka kejadian kanker ovarium ini kira-kira 20% dari semua keganaan alat reproduksi wanita. Insiden rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.
Karena angka kejadian kanker ovarium cukup tinggi di Indonesia, maka diperlukan asuhan kebidanan yang intensif. Oleh karena itu , penulis tertarik untuk merapkan asuhan kebidanan pada Ny “ U “ dengan post operasi atas indikasi Ca ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang pro kemoterapi di ruang onkologi irna A kebidanan RSUP Dr.M. Djamil Padang.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan post operasi atas indikasi Ca ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang pro kemoterapi di ruang onkologi irna A kebidanan RSUP Dr.M. Djamil Padang.
1.2.2. Tujuan khusus
Setelah membuat makalh ini mahasiswa diharapkan mampu :
a) Melakukan pengkajian data kepada Ny.”U” dengan post operasi atas indikasi Ca ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi
b) Menentukan diagnosa, masalah, dan kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan
c) Menentukan antisipasi masalah dan diagnosa potensial pada Ny “ U “dengan post operasi atas indikasi Ca ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi
d) Menentukan tindakan segera terhadap Ny “ U “ dengan post operasi atas indikasi Ca ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi
e) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada Ny.”U” dengan post operasi atas indikasi Ca ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi berdasarkan interpretasi data
f) Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditetapkan
g) Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan kepada Ny.”U” dengan post operasi atas indikasi Ca ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi berdasarkan interpretasi data

1.3. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana menerapkan asuhan kebidanan pada klien dengan kanker ovarium di ruangan onkologi Irna A kebidanan RSUP Dr. M .Djamil Padang.












BAB II
TINJAUAN TEORI

KARSINOMA OVARIUM

I. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah menopause.
Ovarium memiliki dua fungsi yaitu:
1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.
2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi

II. Kanker ovarium
Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.
Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu.
Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.

Etiologi
Penyebab kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita pada wanita yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae 3-4 kali lipat.
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah :
a) Diit tinggi lemak
b) Merokok dan alcohol
c) Infertilitas
d) Riwayat Ca mamae, kolon, dan endometrium
e) Nullipara

Faktor resiko kanker ovarium
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut:
• Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
• Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
• Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
• Wanita yang tidak memiliki anak(nullipara)
• Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
• Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
• Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
• Ras kaucasia > Afrika-Amerika
• Dll

Jenis kanker ovarium
1. Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat Potential).
Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih.

2. Tumor germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10 - 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat dipertahankan.

3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.





Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation of Gyneklogi and Obstetric ) :
Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium
I A Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
I B Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
I C Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan luar ovarium
2. Kapsul ruptur
3. Ascites (+)

Stadium II perluasan pada rongga pelvis
II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya
II B Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan ovarium
2. Kapsul ruptur
3. Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal
III A Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium
Mikroskopis : mengenai intraperitoneal
III B Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-)
III C 1. Meluas mengenai KGB dan /
2. Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm

Derajat keganasan kanker ovarium
1. Derajat 1 : differensiasi baik
2. Derajat 2 : differensiasi sedang
3. Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.

Tanda dan keluhan kanker ovarium
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–keluhan:
• Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)
• Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll
• Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri
• Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
• Menstruasi tidak teratur
• Lelah
• Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
• Nyeri saat berhubungan seksual
• Penurunan berat badan
• Dll

Deteksi dini kanker ovarium
Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai penyaring kanker ovarium adalah:
Ø Pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk mengetahui bentuk dan ukuran yang abnormal, meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat mendeteksi stadium dini kanker ovarium.
Ø Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang ultrasound untuk membedakan gambaran jaringan sehat, kista dan bentuk tumor padat, melalui abdomen ataupun pervaginam, dimana mampu mendeteksi keganasan dengan keluhan asimtomatik tapi ketepatan pada stadium dini rendah.
Ø Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125 digunakan untuk menilai kadar CA-125 dimana peningkat pada kanker ovarium, wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut terjadi peningkatan CA-125 (>35µ/ml) sekitar 80% walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai 50 % pada stadium dini, pada wanita premonopause, kehamilan, endometriosis, fibroid uterine, penyakit ganguan fungsi hati dan kista ovarium juga terjadi peningkatan kadar CA-125.

Diagnosis kanker ovarium
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik
• Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
• Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal)
• Laparoskopi
• Laparotomi
• Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
- Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan sigmoidoskopi.
- Foto rontgen dada dan tulang.
- Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
- Scan traktus urinarius
Penatalaksanaan kanker ovarium
1. Operasi
2. Radioterapi
3. Kemoterapi

Kanker ovarium epitelial :
• Stadium I : Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang, operasi salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi dan ovarium) atau disertai histerektomi abdominal total (pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan abdominal, harapan hidup selama 5 tahun mencapai 90%, pada stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium Ic pilihan terapi berupa:
a) Radioterapi
b) Kemoterapi sistemik
c) Histerektomi total abdominal dan radioterapi

• Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi, dengan terapi ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80 %.
• Stadium III dan IV:
Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan usus, jika masih memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan atau radioterapi.

Kanker ovarium germinal :
• Disgerminoma: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dimana kanker ditemukan dilanjutkan radioterapi atau kemoterapi.
• Tumor sel germinal lainnya: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi.

kanker ovarium stromal :
• Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi.
Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP (paclitaxel + cisplatin atau carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin), CC (cyclophosphamide + carboplatin).

ANEMIA
Seseorang, baik pria dan wanita, dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12g/100ml.

Etiologi :
 Yang didapat : anemia defisiensi besi, anemia akibat perdarahan, anemia akibat radang atau keganasan, anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia aplastik atau hipoplastik.
 Yang diturunkan : talasemia, hemaglobinopati sel sabit, hemaglobinopati lain, anemia hemolitik herediter.

Klasifikasi :
Berdasarkan etiologi :
1) Anemia defisiensi besi (62,3%)
2) Anemia megaloblastik (29,0%)
3) Anemia hipoplastik (8,0%)
4) Anemia hemolitik/ sel sickle (0,7%)

Menurut WHO :
1. Anemia ringan : 10-11mg %
2. Anemia sedang : 8-9 mg%
3. Anemia berat :< 7 mg %
Anemia ringan biasanya hanya diberi tablet tambah darah, dan untuk anemia sedang berat terapi yeng efektif adalah dengan transfuse darah.
1) Anemia Defisiensi besi
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normostik dan hipokromik serta paling banyak dijumpai. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan reasorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.

Diagnosis
Anemia defisiensi yang berat ditandai dengan cirri-ciri yang khas yaitu mikrositosis dan hipokromasia. Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi adalah
a. Kadar besi serum rendah
b. Daya ikat besi serum tinggi
c. Protoporfirin eritrosit tinggi
d. Tidak ditemukan hemosiderin dalam sum-sum tulang
Terapi
Kemasan zat besi dapat diberikan peroral atau parental
 Peroral : sulfas ferosus, atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x 0,20 mg.
 Parental : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorpsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini antara lain: imferon, jectofer, dan ferrigen.

Pencegahan
Mengkonsumsi cukup makanan bergizi dan mengandung unsur besi atau mengkonsumsi suplemen tambahan pada keadaan tertentu minimal 1 tablet sehari, missal pada ibu hamil, pada wanita yang sedang menstruasi, asupan gizi yang kurang, dan lain-lain.

2) Anemia Megaloblastik
Disebabkan karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. sering ditemukan pada wanita yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein yang tinggi. Gejalanya meliputi mual, muntah dan anoreksia yang bertambah berat.
Diagnosis
Apabila ditemukan megaloblas promegaloblas dalam darah atau sum-sum tulang. Perubahan-perubahan dalam leukopoesis, seperti metamielosit datia dan sel batang datia yang kadang-kadang disertai vakuolisasi san hipersegmentasi granuiosit.
Diagnosis pasti baru dapat dibuat dengan percobaan penyerapan dan percobaan pengeluaran asam folik.
Terapi
 Tablet asam folik diberikan 15-30mg per hari
 Vitamin B12 3x1 tablet per hari
 Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
 Pada kasus berta dapat diberikan transfusi darah
Pencegahan
Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah-daerah dengan frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi.
3) Anemia Hipoplastik
Disebabkan karena sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.

Diagnosis
Gambaran darah tepi: normostik dan normokromik. Sum-sum tulang memberikan gambaran normoblastik dan hipoplasia. Penyebabnya belum diketahui kecuali yang disebabkan oleh sepsis berat, keracunan dan sinar rontgen dan sinar radiasi.
Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan:
 Darah tepi lengkap
 Pemeriksaan fungsi sternal
 Pemeriksaan retikulosit
Terapi
Dengan obat-obatan tidak memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik yaitu transfuse darah, yang perlu sering diulang.

Pencegahan
Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia hipoplastik. Akan tetapi dalam pemberian obat-obat selalu harus dipikirkan pengaruh samping dari obat itu. Khususnya obat-obat yang mempunyai pengaruh hemotoksi seperti: strepromisin, oksitetrasiklin, kiortetrasiklin, sulfonamide, klorpromazin atebrin, dan obat pengecat rambut sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil.

Prognosis
Anemia hipoplastik berta yang tidak diobati mempunyai prognosis buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak.

4) Anemia Hemolitik/sel sickle
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung cepat dari pada pembuatannya
Secara umum anemia hemoitik dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yakni :
a. Golongan yang disebabkan oleh faktor intra korpuskuler, seperti pada sfenositosis, eliptositosis, anemia hemolitik herediter, thalasemia, anemia sel sabit, hemoglobinopana C, D, G, H, I dan araxysmal nocturnal haemoslobinuria
b. Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstra korpuskuler seperti pada infeksi, keracunan arsenikum, neoarsphenamin, timah, sulfonamide, kinin, paraquin, pimaquin, nitropurantoin, rancun ular, pada defisiensi 6-6-PD, antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakit hodjkin, limfosarkoma, penyakit hati

Diagnosis
Gejala yang lazim dijumpai ialah gejala proses hemalitik, seperti anemia, hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobiunuria, dan sterkobiuin lebih banyak dalam faeses

Terapi
Tergantung pada jenis dan beratnya
 Pada anemia berat diperlukan transfusi darah yang kadang diulang beberapa kali untuk meringankan ibu dan untuk mengurangi bahaya hipoksia janin
 Spenektomi dianjurkan pada anemia hemolitik bawaan dalam trimester II dan III
 Pemberian obat-obat yang dapat menyebabkan kelumpuhan sumsum tulang harus segera dihentikan

KEMOTERAPI
Kemoterpi adalah zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel kanker. Pada saat ini cara pengobatan kanker dapat digolongkan sebagai berikut: Pembedahan (operasi) yaitu mengambil jaringan tumor, radiasi, membubuh tumor dengan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel kanker, kemoterapi terapi menggunakan obat untuk membunuh sel kanker, hormon terapi, menghambat kanker yang perkembnagannya tergantung hormon dan biologi terapi atau imunoterapi, yaitu menggunakan kemampuan biologi tubuh yang alamiah untuk memerangi tumor. Tergantung pada tahapan kanker, cara pengobatan dapat tunggal ataupun kombinasi dari jenis pengobatan tersebut diatas. Kombinasipun dapat berurutan misalnya: Operasi dilanjutkan kemoterapi atau dapat pula bersamaan seperti kemoterapi disertai radiasi atau radiasi plus hormonal terapi. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker dan diberikan secara sistematik. Obat anti kanker yang artinya penghambat kerja sel. Untuk kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal penggunaan kemoterapi digunakan satu jenis sitostika, namun dalam perkembangannya kini umumnya dipergunakan kombinasi sitostika atau disebut regimen kemoterapi, dalam usaha untuk mendapatkan hasiat lebih besar.
Pemakaian obat-obatan baik tunggal kombinasi ini telah melalui penyelidikan mendalam diberbagai pusat kesehatan. Semua akibat yang bermanfaat (khasiat) serta dampak buruknya semua jenis kemoterapi sudah disahkan oleh Dep Kes dinegara yang bersangkutan, maka akan menjadi suatu regimen standart, sedangkan apabila masih dalam penelitian dipusat pengobatan kanker, belum disahkan disebut regimen kemoterapi dalam uji klinik (clinical trial).
Memahami sifat-sifat sitostatika serta penggunaannya, baik tunggal ataupun regimen kombinasi serta akibat baik dan buruk juga apa manfaatnya merupakan pekerjaan sehari-hari para dokter onkologi. Dan tugasnya pula untuk mengembangkan dan menyempurnakannya. RS Dharmais merupakan salah satu pusat kanker yang bertugas mengemban misi tersebut. Khususnya penerapannya pada kasus-kasus di Indonesia.

Cara kemoterapi :
Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik, sebagian besar diberikan dengan cara injeksi kedalam pembuluh baik vena, sebagian kecil dapat berupa tablet/capsul dan kadang-kadang ada yang diberikan subcutan atau suntik dibawah kulit, serta intratekal (diinjeksikan kedalam system syaraf) jarang sekali yang disuntikan ke otot. Apabila pasien diberikan suntikan intravena, seringkali digunakan kateter atau selang plastik kedalam vena untuk mencegah kerusakan vena serta mempermudah injeksi. Kemoterapi diberikan diberikan secara siklit, dapat secara mingguan, dua mingguan 3-4 mingguan. Pasien mendapatkan kemoterapi dosis tinggi diberikan dalam unit rawat inap. Kondisi pasien juga menentukan apakah dapat diberikan dirawat jalan atau rawat inap.

Akibat kemoterapi:
Tubuh manusia terdiri dari organ-organ tubuh. Organ tubuh terdiri dari jaringan dan jaringan dari sel tubuh yang berubah atau mutasi menjadi ganas dan membelah terus terkendali dan menjadi besar mendobrak, merusak, jaringan sekitarnya dan akhirnya menyebar, bersarang diorgan lain dan mengulangi pertumbuhan seperti tempat semula. Sel kanker inilah yang menjadi target obat kemoterapi. Akibat kemoterapi bermacam-macam tergantung jenisnya, dosis besar dan ganda mempunyai akibat akan lebih besar dan sebagainya.
Kemoterapi anti kanker akan menyebabkan sel kanker serta beberapa jenis sel sehat yang juga sedang membelah atau tumbuh mengalami kerusakan. Namun sel kanker akan mengalami kerusakan lebih parah dibanding kerusakan pada sel sehat. Setelah beberapa periode 1-3 minggu sel sehat pulih dan sel kanker juga akan pulih kembali namun mengalami kerusakan berarti, sehingga atas dasar inilah obat anti kanker dipergunakan. Untuk mencegah kerusakan permanen dari sel sehat, obat kanker tidak bisa diberikan sekaligus 4-8 siklus. Hal ini dimaksud untuk memulihkan sel sehat. Dilain pihak berangsur mengecilkan kanker sehingga akhirnya sel kanker menjadi sangat kecil tidak terlihat lagi dan bisa dihancurkan dengan sinar atau dihilangkan dengan operasi. Secara umum obat anti kanker mempunyai akibat terhadap sel kanker yang sedang cepat membelah itu, namun sel sehat yang cepat membelah pun termasuk kena akibat anti kanker tersebut.
Diantara sel sehat yang terkena akibat adalah sel-sel darah dimana berfungsi memerangi infeksi, membantu pembekuan dan membawa oxygen keseluruh tubuh. Bila sel-sel darah terkena pengaruh, maka penderita akan gampang terkena infeksi, gampang memar dan serta mudah mengalami pendarahan. Demikian pula badan terasa lemah karena kurang energi yang dibakar oleh oxygen.
Sel-sel pada saluran cerna juga cepat membelah, sehingga akibat gangguan saluran cerna, pasien akan merasa tidak nafsu makan, mual muntah serta sariawan dan diare akibat rontoknya selaput lendir mulut dan usus.
Rambut yang sedang tumbuh pun akan rontok, pertumbuhan terhenti, sementara haid menjadi tidak ada dan laki-laki sementara mengalami sterilisasi. Pada pusat kanker yang lengkap disediakan bank sperma untuk antisipasi apabilia terjadi sterilisasi permanen pada pria.
Untuk kemoterapi yang sangat agresif dimana kerusakan sel darah sangat berat, dipergunakan cangkok sum-sum tulang dari tubuh sendiri (autologus bone marrow tranplantation). Sel susm-sum tulang kita diambil dan disimpan dengan pengawet. Pada waktu kerusakan sel darah begitu berat akibat kemoterapi yang agresif, sel sum-sum tulang badan kita yang disimpan ditransfusikan kembali ketubuh untuk memulihkan kerusakan tersebut.

Penyuluhan yang dapat diberikan pada pasien pro kemoterapi :
Pada prakteknya sehari-hari yang dikhawatirkan pasien terutama muntah, sariawan, nafsu makan hilang dan terutama wanita adalah kebotakan. Hal ini wajar, namun dengan penerangan dan persiapan lebih baik, antara lain pemeriksaan laboratorium berkala, obat anti muntah, obat nafsu makan serta obat-obat lain, semua dapat diatasi. Disamping itu gangguan tersebut tidak permanen dan akan pulih sebelum dilakukan siklus berikutnya.
Mengingat pengobatan kanker dengan kemoterapi memberikan efek samping yang cukup berat, sebelum mendapatkan kemoterapi pasien harus menjalani beberapa pemeriksaan agar tubuhnya tahan menghadapi akibat dari kemoterapi. Pemeriksaan awal tersebut ditetapkan oleh dokter onkologi medik, diantaranya pemeriksaan darah lengkap, test fungsi liver dan lain-lain.

Manfaat kemoterapi :
Sampai saat ini tidak semua kanker mendapat manfaat dari kemoterapi.
Berikut ini rincian beberapa manfaat kemoterapi pada berbagai jenis kanker.
1. Kemoterapi sangat bermanfaat (karena dapat sembuh atau hidup lama).
• Penyakit Hodgkin
• Non Hodgkin limfoma jenis large sel
• Kanker testis jenis germ sel
• Leukemia dan Limfoma pada anak
2. Kemotarapi bermanfaat (karena dapat dikendalikan cukup lama, kadang-kadang sembuh)
• Kanker Payudara
• Kanker Ovarium
• Kanker Paru jenis small sel
• Limfoma non Hodgkin
• Multiple Mieloma
3. Kemoterapi bermanfaat untuk paliatif (dapat mengulang gejala)
• Kanker Nasofaring
• Kanker Prostat
• Kanker Endometrium
• Kanker Leher dan Kepala
• Kanker Paru jenis non small sel
4. Kemoterapi kadangkala bermanfaat
• Kanker Nasofaring
• Melanoma
• Kanker usus besar

Mengingat keterbatasan manfaat kemoterapi, maka digunakan kombinasi dengan cara pengobatan lain untuk mengambil masing-masing manfaat, yaitu:
 Kemoterapi adjuvant, kemoterapi yang diberikan sesudah operasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan lokal dan mengurangi penyebaran yang akan timbul.
 Kemoterapi neo adjuvant, kemoterapi yang diberikan sebelum operasi manfaatnya adalah mengurangi ukuran tumor sehingga mudah dioperasi.
 Kemoterapi paliatif diberikan hanya untuk mengurangi besarnya tumor yang dalam hal ini karena atau lokasinya menggangu pasien karena nyeri ataupun sulit bernafas.
Kemoterapi adalah suatu cara penobatan kanker yang sudah teruji, meski pun tidak dapat dihindari adanya efek samping. Penelitian-penelitian yang professional tentang kemoterapi dapat dimanfaatkan untuk pengobatan kanker dan mengeliminasi efek samping yang terjadi.

Syarat-syarat pemberian kemoterapi :
1. syarat yang harus dipenuhi penderita :
 keadaan umum cukup baik
 penderita telah siap secara psikologik bila terjadi efek samping termasuk yang menyangkut kosmetik, misalnya alopesia.
 Faal ginjal dan hati baik
 Diagnostic histologik ( tidak mutlak )
 Kanker cukup sensitif terhadap sitostatik
 Riwayat pengobatan sebelumnya
 Laboraturium : Hb ≥ 10 gr%, leukosit ≥ 5000/mm³, trombosit ≥ 150.000/mm³
2. syarat yang harus dipenuhi penolonng :
 pengetahuan kemoterapi yan memadai
 keterampilan menyuntikkan obat
 sarana pemeriksaan laboratorium yang memadai
 pengetahuan mengenai efek samping yang akan terjadi termasuk cara mengatasinya.
Kontra indikasi kemoterapi :
1. kontra indikasi mutlak:
 kehamilan
 keadaan umum jelek
 infeksi-infeksi akut, termasuk sepsis
 gangguan sisti hemopoetik berat

2. kontra indikasi relative :
 usia lanjut
 ganguan ringan fungsi organ-organ : ginjal, hati, jantung
 penderita tidak kooperatif

Cara-cara pemberian kemoterapi:
1. Secara langsung ke dalam pembuluh darah yang memasok daerah dimana tumor tumbuh
2. Drip intravena (dari sebuah kantong atau botol cairan intravena, selama beberapa menit sampai beberapa jam)
3. Intravena (langsung kedalam vena, selama beberapa menit)
4. Per-oral (berupa tablet, kapsul atau cairan)

Frekuensi pemberian kemoterapi:
1. Bervariasi, tergantung dari kankernya :
- beberapa obat dalam 1 hari
- 1 dosis/hari selama beberapa hari
- berkesinambungan selama beberapa hari
- dosis 1 kali/minggu
- 1 dosis atau beberapa hari pemberian obat/bulan
2. Pengobatan bisa diberikan beberapa minggu sampai beberapa tahun
3. Serangkaian pengobatan bisa diberikan hanya 1 kali, atau beberapa rangkaian pengobatan bisa diberikan dengan selang waktu diantaranya

NUTRISI PASIEN KANKER :
Malnutrisi merupakan hal yang sering ditemukan pada pasien kanker, defisiensi gizi yang sering ditemukan pada penderita kanker adalah defisiensi rotein dan kalori dengan manifestasi mengecilnya masa otot.

Penyebab kurang gizi :
 Rendahnya nutris yang dikonsumsi penderita
 Konsumsi bahan nutrisi oleh sel kanker
 Pengaruh metabolisme sel kanker
Gizi yang kurang umunya disebabkan oleh anoreksia, gangguan fungsi traktus gastrointestinal dan kebutuhan yang meningkat. Anoreksia dapat disebabkan oleh gangguan fungsi mengecap dan mencium maupun gangguan fungsi susunan syaraf pusat.
Nutrisi yang baik dikonsumsi oleh pasien kanker adalah :
 Banyak mengandung serat dan cairan
 Tinggi protein dan kalori
 Makanan yang tidak merangsang timbulnya muntah
 Makanan yang rendah lemak
 Makan yang mudah dicerna


















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada Ny “ U “ dengan Post operasi atas indikasi Ca Ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi di ruang Onkologi Irna A Kebidanan RSUP Dr.M. Djamil Padang diharapkan mampu :
1) Melakukan pengkajian pada Ny “ U “ dengan Post operasi atas indikasi Ca Ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi di ruang Onkologi Irna A Kebidanan RSUP Dr.M. Djamil Padang
2) Mengidentifikasi secara benar masalah atau diagnosa pada Ny “ U “ dengan Post operasi atas indikasi Ca Ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi di ruang Onkologi Irna A Kebidanan RSUP Dr.M. Djamil Padang
3) Mengidentifikasikan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada Ny “ U “ dengan Post operasi atas indikasi Ca Ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi di ruang Onkologi Irna A Kebidanan RSUP Dr.M. Djamil Padang
4) Melakukan kolaborasi dengan dokter dan petugas laboratorium terhadap masalah yang ada maupun masalah yang berpotensi terjadi.
5) Membuat rencana asuhan yang rasional pada Ny “ U “ dengan Post operasi atas indikasi Ca Ovarium stadium IIIb disertai anemis sedang Pro kemoterapi di ruang Onkologi Irna A Kebidanan RSUP Dr.M. Djamil Padang
6) Melaksanakan implementasi terhadap asuhan yang telah dibuat secara rasion
al
7) Mengetahui dari evaluasi dari implementasi yang telah dilaksanakan menurut data yang diperoleh dari klien dan keluarga klien.


B. Saran
1) Bagi mahasiswa diharapkan:
• Dengan adanya manajemen asuhan kebidanan, diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan yang diberikan kepada klien sesuai dengan standar asuhan kebidanan

2) Bagi institusi pendidikan
• Diharapkan institusi pendidikan dapat menyiapkan mahasiswa dalam menghadapi kasus-kasus yang terjadi dalam bidang kesehatan khususnya kebidanan baik fsiologis maupun patologis
• Diharapkan institusi pendidikan dapat menjadi naungan bagi para mahasiswa agar menjadi jeli terhadap masalah-masalah kebidanan.

3) Bagi lahan praktek
• Diharapkan lahan praktek dapat menjadi tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

















DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
www. Carcinoma ovarium.com
www. Kanker ovarium.co.id
www.askep-askeb-kita.blogspot.comIKLAN3